Perjalanan Saya Menggunakan Linux

Perjalanan saya menggunakan linux

Di tahun 2007/2008 itulah saat pertama kali saya memiliki komputer, yaitu sebuah personal computer (PC) dengan monitor tabung dan casing tower. Sebuah PC yang lazim ada saat itu dan terpasang di sana operating system (OS) Windows. Di zaman itu sudah seperti menjadi hal umum ketika PC baru sudh terpasang dengan OS Windows versi OEM ataupun bajakan. Dan dari sinilah perjalanan saya menggunakan linux dimulai.

Walaupun sebelum memiliki PC sendiri, saya sudah cukup akrab menggunakan PC di warnet ataupun sekolah. Mungkin untuk generasi baru tidak tau apa itu warnet, warnet atau warung internet adalah sebuah tempat yang menyewakan komputer untuk keperluan mengetik, browsing, gaming dan aktifitas lainnya dengan komputer.

Masa pencarian

Dari OS Windows yang saya pernah pakai saya banyak belajar, mulai dari mengetik, membuat blog, belajar desain bahkan dengan Windows inilah saya mulai belajar ilmu teknisi komputer dari mulai install OS dan aplikasinya hingga troubleshooting.

Namun semua berubah ketika sebuah virus menyerang PC yang saya miliki. Saat itu sempat panik karena file sempat hilang dan bahkan rusak (corrupt). Setelah beberapa kali teratasi dengan anti virus namun selalu terulang lagi. Hingga pada sekira akhir 2008 saya ke sebuah toko dan menemukan sebuah majalah IT disitu ada bonus sebuah CD berisi OS PClinux.

Penasaran dengan hal itu saya mencoba membeli dan memasang di PC yang saya miliki, awal mula gagal dan panik karena komputer nge-blank. Namun setelah beberapa kali diulang akhirnya berhasil juga. Namun saat itu karena minimnya informasi saya hanya sebatas melihat-lihat dan coba-coba saja. Karena alasan agak ribetnya dipakai dan komputer di sekolah maupun di warnet masih Windows jadi sulit untuk beradaptasi jadi saya putuskan kembali ke Windows.

Awal mencoba

Berikutnya saya memiliki laptop Axioo yang sudah terpasang OS Windows Original didalamnya. Kembali karena sering kena virus akhirnya saya teringat dengan Linux yang tidak ada virusnya. Saya cari informasi tentang linux dan ketemulah Ubuntu yang saat itu sedang tren di tahun 2010an. Saya mencoba install dan sempat mencoba beberapa waktu namun karena minimnya ilmu saat terpasang beberapa driver hardware seperti Wifi tidak compatible sehingga tidak bisa dipakai kembalilah saya ke Windows lagi.

Beberapa tahun kemudian berkembanglah informasi tentang linux yang saya miliki dan kembali semangat itu muncul namun sekarang saya menggunakan sistem dualboot dimana laptop saya pasang Windows dan Linux secara bersamaan. Windows saya gunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti tugas kuliah dan pekerjaan (karena dulu saya kuliah sambil kerja) sedangkan linux untuk ujicoba dan belajar.

Saat itu saya mulai menggunakan linux mint yang lebih mudah dan saya rasa cocok dengan ilmu dan spesifikasi laptop saya. Mudah digunakan dan langsung bisa dipakai seperti Windows. Ada sekira 2 tahun saya menggunakan Linux mint walaupun hanya sekedar untuk browsing dan kegiatan ringan saja.

Sejak saat itu saya sering mencoba-coba banyak distro linux mulai dari Opensuse, fedora, Ubuntu dan beberapa variannya, kali linux, antiX, Arch Linux, MX linux hingga debian dan linux lite. Tiga distro terakhir itulah yang cukup lama saya bolak-balik pakai.

MX Linux

Distro ini saya pakai karena saat itu berada di puncak klasemen distro populer versi Distrowatch. Karena penasaran saya mencoba dan ternyata asik juga. Namun kesenangan itu hanya bertahan beberapa bulan dikarenakan MX Linux berbasis gabungan antara antiX dan debian. Karena sistem gabungan inilah saya kesulitan saat instalasi aplikasi melalui terminal. Syntax yang saya pelajari hanya versi debian dan ubuntu beberapa tidak bisa dipakai di MX linux. Bagus ringan tapi agak ribet, itulah yang ada dalam pikiran sehingga memutuskan untuk berpindah distro.

Debian

Setelah pernah memakai ubuntu namun selalu mentok di support hardware seperti Wifi, maka saya mencoba induknya para distro yaitu debian. Dalam benak saya namanya induk berarti paling dasar, yang namanya paling dasar berarti paling stabil. Berangkat dari pemikiran itulah saya kemudian menggunakan debian. Begitu selesai proses instalasi saya dibuat terkagum dengan ringan, tampilan yang indah dan tentu fitur yang bagus. Lama saya memakai debian hingga akhirnya bosan dan merasa insecure ketika melihat di forum pengguna Linux ternyata debian lebih banyak dipakai untuk server. Sedangkan saya hanya untuk daily user maka dari situ saya mencoba mencari informasi distro yang umum untuk digunakan sehari-hari.

Linux Lite

Setelah debian maka saya beralih ke Linux Lite yang konon katanya ringan dan cocok untuk laptop kentang dan umumnya untuk penggunaan sehari-hari. Mengingat laptop saya jadul yaitu Samsung NP400 yang kemudian ganti Asus X200CA. Sama jadulnya sehingga memaksa saya untuk memakai yang ringan-ringan saja. Saya mencoba untuk nyaman dengan itu, menggunakannya sebagai second OS. Menggunakan Windows di kantor dan Linux di rumah. Semua berjalan baik-baik saja hingga akhirnya saya update Linux Lite dan entah mengapa menjadi terasa berat bagi laptop saya.

Debian (lagi)

Bermula dari Linux lite yang menjadi berat akhirnya saya riset dan mencoba beberapa distro lain beberapa bulan lalu dari semuanya ketemulah debian. Sekilas perjalanan saya menggunakan debian untuk kedua kalinya ada pada artikel saya yang berjudul Beralih ke Distro Linux. Dan akhirnya sekarang saya merasa masa bodoh dengan perkataan orang yang katanya debian itu terlalu bagus untuk pengguna harian dan kalimat lainnya. Bagi saya kenyamanan saya itu prioritasnya. Apalagi debian yang saya pasang menggunakan DE LXQT yang ringan namun tetap estetik tampilannya.

Begitulah sedikit cerita perjalanan saya menggunakan linux, semoga memberikan inspirasi. Sampai bertemu di artikel selanjutnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak